: kira-ziya
kau bertanya kenapa masih saja ibu jejalkan segala biji dan umbi ke petak sempit di belakang rumah kita meski tak pasti bisa hidup atau tidak
hari itu seperti juga hari-hari lain ibu masih tak punya jawaban selain senyum manis dan rengkuh lengan mengajakmu turut
ibu mungkin tak tahu ilmu tanah, ilmu berkebun, ilmu tanaman
tak tahu ilmu humus, ilmu pupuk juga segala penyubur tumbuhan
ibu cuma tahu setiap jengkal yang kita miliki begitu berharga
setiap biji yang kita makan daging dan kulitnya punya kesempatan hidup
setiap bumbu dapur yang mulai kering dan tak dipakai dalam waktu dekat lebih baik busuk di tanah daripada busuk di rak plastik atau lemari penyejuk
biar waktu membuktikannya padamu
kelak entah kapan kita akan rindu desir angin dan nyanyi hujan di sela daun, kerisik ranting, kepak rama-rama, mekar bunga, teduh pepohon, wangi rumput basah dan ranum buah
kelak entah kapan kita akan kehilangan merah, kehilangan jingga, kehilangan kuning, kehilangan hijau, kehilangan biru, kehilangan nila, kehilangan ungu, kehilangan warna jika luput mengabadikannya sekarang
atas tanyamu waktu itu
sekali lagi hari ini ibu tak punya jawaban selain makin manis tersenyum dan makin sering mengajakmu turun
mari nak, jangan tunda
petak kecil ini adalah mula!
indah ip
15 okt 08, 1.50 am
1 comment:
Ndah, gw tersentuh deh baca post lo yg ini..soalnya 'taman-ignorer'..great post!
Post a Comment