Sunday, May 06, 2007

MENIKMATI MASA KECIL








BERMAINLAH, NAK, SEPUAS-PUASNYA!
: kira-ziya

bermainlah, nak, sepuas-puasnya!
lihat, dengar, sentuhlah sekitar
sebab darinya banyak hal bisa kau kenal

bertemanlah dengan kupu-kupu dan bunga yang dicintainya
agar belajar kau kelembutan dan keindahan

bertemanlah dengan tetes embun yang setia jatuh dari ujung dedaun
agar belajar kau kesejukan dan keikhlasan

bertemanlah dengan angin yang melenggak-lenggokkan rumpun bambu di ujung jalan
agar belajar kau kekuatan dan ketangguhan

bertemanlah dengan air yang tak henti menghidupkan setiap jengkal tanah yang kita pijak
agar belajar kau kesahajaan dan keberartian

bermainlah, nak, sepuas-puasnya!
lihat, dengar, sentuhlah sekitar
sebab darinya banyak hal bisa kau nikmati
sebab darinya banyak hal bisa kau syukuri


indah ip, 18 april 07
9.03 pm


Ketika membersihkan garasi kemarin ini, mama menemukan sesuatu di dalam tas perangkat pertukangan papa yaitu tali plastik yang biasa dipakai untuk mengikat lembar policarbonat di pagar kita. Entah kenapa begitu melihatnya kepala mama jadi terang benderang dan bernyanyi-nyanyi tak berhenti J. Penasaran mama ambil 3 buah untuk dijadikan mainan sederhana yang mungkin bisa menceriakan waktu bermain kira & ziya ketika mandi. Nah, ini dia hasilnya… dua buah mangkuk mama jadikan wadah air sabun/sampo, sementara tali pengikat tadi mama bentuk menjadi alat yang bisa ditiup untuk menghasilkan balon-balon kecil. Asik kan? Jadilah Kira & Ziya berebut balon ketika mandi. Tapi lho,..lho,.. lama-lama Kira & Ziya lebih tertarik dengan wadahnya untuk dijadikan gelas kemudian meminum air yang diambil dari ember mandinya! Oo…Duh, untung nggak sakit perut ya!

Berikut ini beberapa foto Kira & Ziya sedang main ayun-ayunan dengan bed cover yang ujung-ujungnya ditarik dan diayun mama & papa, danmain sapu.

Mama jadi ingat masa kecil dulu deh…

Seingat mama, Oma dan Opa pernah memetik batang daun pepaya dan memotong ujung-ujungnya sehingga bisa ditiup sambil membuang getahnya. Nah, cara yang sama bisa dilakukan untuk mendapatkan balon. Masukkan batang pepaya tersebut ke dalam air sabun/sampo, aduk-aduk, lalu hembuskan dengan kuat. Blub! Blub! Balon-balon beterbangan di udara! Horeeee!

Di tengah zaman teknologi ini, zaman di mana kalian bertumbuh dan berkembang, pasti banyak sekali ya permainan canggih yang bisa diperoleh. Semuanya mengasyikkan. Tapi jangan lupa, ‘Nak, selain permainan-permainan yang bisa dibeli di toko itu, sekeliling kita juga memiliki beragam hal yang bisa dijadikan permainan sederhana namun menyenangkan dan seru lho! Jadi jika suatu saat tabunganmu belum cukup membeli mainan yang diinginkan, jangan kecil hati. Sambil bersabar dan terus menabung, kreatiflah menggali potensi sekitar untuk dijadikan permainan baru yang unik dan berbeda. Di dalam atau pun di luar rumah, bermain selalu bisa jadi momen menyenangkan selama kita mau berusaha mewujudkannya lho!

Dulu mama dan mimi Nila pernah ingin sekali memiliki tenda atau kemah. Semua teman kami rasanya sudah memilikinya. Tapi berhubung tabungan mama dan mimi tidak cukup (waktu itu hanya cukup membeli beberapa buku novel petualangan yang harganya sangat murah di pasar loak terdekat), Oma dengan ide cemerlangnya menyulap cemberut di wajah kami menjadi senyum ceria. Sepulang sekolah, kami dikejutkan dengan kemah-kemahan dari seprai dan selimut di ruang tengah! Sisi-sisinya ditahan oleh meja makan, sofa dan beberapa bangku sehingga mama dan mimi nila bisa masuk ke dalamnya berteman lampu senter! Kami berpura-pura bahwa kami sedang kemping di atas gunung dan hanya keluar “kemah” ketika harus makan, sholat, mengerjakan pe-er dan tidur malam. Asik sekali, seperti punya rumah di dalam rumah. Setelah selesai bekerja di dapur, Oma juga sering ikut masuk ke dalam “ kemah” dan ngobrol sama mama dan mimi nila sambil menceritakan dongeng-dongeng.

Ketika suatu saat mama ingin sekali bermain mobil-mobilan (kok bukan boneka-bonekaan ya? Hehehe), Opa malah mengajak mama membeli sebuah jeruk bali. Lho, pikir mama, kenapa jeruk bali ya? Kenapa bukan ke toko mainan? Rupanya Opa punya sebuah ide (menurut Opa ini adalah ide yang juga pernah disampaikan oleh ayah Opa dulu. Jadi bisa dibilang ini ide turun-temurun ya…). Setelah daging jeruknya disulap oleh Oma menjadi rujak kecap yang ludes seketika, Opa mulai mengambil pisau dan tusuk sate kemudian mengerjakan sesuatu hingga woow! Jadilah sebuah kereta-keretaan sederhana dari kulit jeruk bali! Mama dan mimi Nila senang sekali siang itu. Kami memainkannya sampai puas di teras rumah.


Bicara soal alam sekitar, banyak sekali hal yang bisa dijadikan permainan masa kecil. Sempat mama mengoleksi beberapa ubin pecah dan batu ceper warna-warni yang ditemukan di jalan untuk main “engklek”. Caranya: batu tersebut diletakkan di punggung telapak tangan dan tidak boleh jatuh ketika kita melompat-lompat dengan satu kaki sesuai arah kotak yang digambar di atas tanah atau di atas jalanan dengan batu bata merah. Bagaimana menjelaskannya ya,.. hmmm suatu saat mama akan contohkan langsung deh.. Hup! Hup! Injak Bulan! (“Bulan” adalah ruang paling atas yang berbentuk setengah lingkaran dalam gambar tersebut. Di sini baru boleh menapakkan kedua kaki ke atas tanah ebelum melanjutkan lagi permainan).

Setiap pulang sekolah dulu, sepanjang jalan mama sering mengumpulkan bunga-bunga tanjung yang berserakan (Soalnya mama biasa pulang sekolah berjalan kaki sambil menjemput mimi nila dari TK-nya). Sampai di rumah, Oma akan menemani mama merangkainya dengan benang jahit sehingga menjadi kalung, gelang, ikat pinggang, dan asesoris cantik lainnya. Kalau sudah begitu rumah kami jadi wangi bunga tanjung sampai bunga-bunga putih tersebut kecoklatan karena kering dan layu,..

Mama juga sering main masak-masakan di teras rumah. Semua tumbuhan yang ada di pekarangan menjadi sayur dan buahnya. Daun-daun bluntas mama anggap daun bawang (entah kenapa dulu mama berpikir yang disebut daun bawang itu ya daun bluntas hehehe), mama juga mengiris-iris daun pandan dan beberapa bunga hias dalam pot dengan pisau-pisauan dari batu yang bertepi tajam atau potongan kayu (semoga Oma tidak pernah tahu bahwa mama lah yang sering membuat tanaman-tanaman hias tersebut kehilangan daun dan bunganya sesekali secara misterius! Dulu itu mama sering penasaran membuka kelopak bunga untuk mengintip sedikit apakah betul ada “ Thumbelina” atau “puteri jempol” di dalam kuncupnya seperti dongeng yang ada di buku. Kalau suatu ketika berkunjung ke tempat yang memiliki kolam teratai, mama juga penasaran mencari “ Thumbelina” di dalam kuncup-kuncup Teratai. Wah,..mama senang berimajinasi dan berhayal karena sering baca buku dongeng dan nonton kisah-kisah ajaib para peri hehehe..).

Kalau sedang ingin membuat jamu-jamuan, mama akan menggunakan batu untuk menumbuk-numbuk semuanya. Tahukah kalian, untuk membuat minyak-minyakan, mama dan teman-teman biasa menumbuk Bunga Kembang Sepatu lalu memeras getahnya yang kental dan bening. Sebelum ditumbuk, kami sering melepaskan tiap kelopak dari tangkainya, membelah pangkal kelopak tersebut dan menarik kulit arinya sehingga menjadi dua lembar yang tidak putus, lalu meniupnya. Jika melakukan dengan tepat, bisa terdengar suara seperti terompet yang nyaring! Selain kelopak kembang sepatu, bisa juga dengan daun yang ketika di petik bergetah cukup banyak dan getahnya jika ditiup bisa menghasilkan bunyi pula. Lupa apa nama tanamannya.

Buah saga yang kecil-kecil seperti kacang berwarna merah menyala biasa menjadi buah andalan dalam hidangan masak-memasak itu (pernah mama gigit karena mama pikir dari dalam buah saga itulah kacang tanah berasal!). Bunga Asoka biasa mama hisap tangkainya yang manis, demikian pula bunga kumis kucing yang berwarna putih bersih. Pucuk-pucuk daun Pohon Petai Cina tidak jarang mama kunyah begitu saja seperti lalap segar. Rasanya enak-enak saja waktu itu. Sementara buah pohon tanjung yang matang kemerahan dan mirip buah melinjau sering mama kuliti dan makan dagingnya yang lembut dan berserabut. Rasanya agak manis-manis sepat dan enak. Bersama teman-teman kami sering berebut hehehe. Nah, ini kisah lucu,.. ketika mama dan mimi nila tumbuh dewasa dan kuliah di tempat yang sama, kami sering melewati pohon tanjung di pekarangan dalam kampus. Suatu siang timbul keinginan mengenang masa kecil yang indah. Mama dan mimi nila kemudian sembunyi-sembunyi memetik satu buah tanjung yang hampir matang untuk digigit. Tapi huekkk,.. kenapa rasanya aneh dan pahit ya… kok dulu sepertinya enak sekali? Hahaha kami cekikikan sampai sakit perut. Jadi mikir, kok berani-beraninya dulu segala macam tumbuhan dicicipi dan dimakan… syukur nggak pernah jatuh sakit karena salah makan atau keracunan kan?!

Untuk permainan yang lebih seru, mama dan teman-teman sering adu kepala putik Bunga Flamboyan. Tentu saja yang dicari adalah bunga yang masih kuncup alias belum mekar. Siapa yang kepala putiknya patah duluan itulah yang kalah. Hadiahnya? Tidak ada, kami hanya bersenang-senang saja sepulang sekolah karena di dekat rumah ada pohon Flamboyan besar dan rindang yang bunganya yang oranye menyala itu seperti tidak pernah berhenti tumbuh dan mekar.

Oh ya, ada satu lagi yang cukup menarik nih. Coba tumbuk batu bata merah sampai halus, lalu gosok-gosokkan di permukaan kuku berkali-kali. Maka jrenggg! Kalian akan dapati kuku yang cantik, mengkilap dan halus licin! Tidak percaya? Coba saja! Dulu teman-teman mama pernah bilang kuku yang sudah mengkilap tersebut jika malam jum’at di posisikan terbalik dan dilihat dalam gelap di depan lilin kita bisa melihat mahluk halus! Hiiiii… dulu sih mama tidak pernah tertarik mencobanya..hehehe.

Ketika taman kanak-kanak, di samping sekolah mama ada pohon kamboja yang tidak pernah berhenti berbunga. Selain menjadikannya perahu-perahuan yang mengalir di kali jernih samping pohon arbei (pohon ini tidak pernah memiliki buah yang betul-betul masak sebab muncul satu saja dalam jangka waktu beberapa hari sebelum ranum sudah hilang dicuri entah oleh murid yang mana hehehe), mama dan teman-teman sering menjadikannya cincin-cincinan. Coba ambil 1 buah bunga yang mekar, lubangi setiap kelopaknya lalu masukkan masing-masing hingga kelopaknya habis ke dalam tangkai bunganya. Jadilah cincin cantik berwarna putih yang tengahnya bersemu kekuningan. Tinggal diselipkan di antara jari manis dan jadi tengah, atau selipkan di antara daun telinga dan rambutmu.

Apa lagi ya permainan masa kecil mama…
Main lompat karet, bola bekel, congklak, ular tangga/halma, kasti dengan bola yang terbuat dari remukan koran-koran bekas yang dicelup air, main layangan di atap rumah, petak umpet, sulap-sulapan, main benteng (dulu mama paling jago lari dan sulit ditangkap lawan lho!), main galah asin, manjat pohon, mmmm… masih banyak lagi rasanya…

Tentang memanjat pohon, ini juga sering jadi momen menyenangkan sepulang sekolah. Di atas pohon rasanya mama bisa menikmati angin sepoi-sepoi dan berhayal. Di atas pohon pula mama biasanya dapat inspirasi menulis puisi dan diary. Senang aja melihat semuanya dari atas, seperti burung yang terbang bebas. Apalagi kalau menemukan sarang burung, wah, mama selalu penasaran kok bisa ya burung membuat sarang sedemikian rupa dari ranting yang dijalin satu-persatu! Subhanallah,..Oh ya, Ada satu lagu karangan mama dan mimi Nila yang kami gubah dari atas pohon kersen (chery) ketika dulu belum punya rumah dan masih tinggal di salah satu ruang rawat sebuah rumah sakit tempat Opa bekerja. Suatu saat nanti mama nyanyikan dan ceritakan kisah unik di balik lagu tersebut kepada kalian ya!

Pernah suatu ketika di bulan puasa, mama pulang dengan perasaan bersalah dan deg-degan. Mama takut ketahuan Oma-Opa karena tanpa sengaja memakan satu buah kersen ketika sedang memanjat di depan rumah teman mama. Ini baru mama sadari ketika buah kersen tersebut sudah tertelan. Duh,.. mama langsung berdoa semoga Allah mengampuni keteledoran mama dan kembali melanjutkan puasa hari itu sampai waktu maghrib tiba. Hehehehe… Selain pohon kersen, mama juga sering memanjat pohon-pohon di pekarangan rumah seperti pohon belimbing, pohon mangga, pohon rambutan, pohon sirsak, pohon jambu klutuk (jambu biji), dan sebagainya. Waktu kecil dulu mama juga sangat suka menggigit-gigit batang tebu yang sudah dipotong kecil-kecil untuk dihisap airnya yang manis dan menyegarkan. Sllruupppp,..nikmatnya,.. ini sering dihidangkan nenek di kampung setiap kali kami sekeluarga pulang.

Di Irian (Papua) dulu, mama sering berebut umang-umang dari Pantai Besji untuk dikumpulkan dalam toples yang diberi celah udara. Pernah mama ngambek seharian dengan salah satu anak teman Opa yang berhasil memperoleh lebih banyak. Umang-umang adalah binatang yang hidup di balik karang, di dalam pasir atau batang pohon tepi pantai. Ia akan mengeluarkan kaki-kaki panjangnya jika kita menghembuskan nafas ke dalam cangkangnya, buka mulut lebar-lebar: “ Haahhh! ”. Maka kaki-kaki panjang itu keluar dan berjalan lincah. Barulah diadu kecepatan jalannya. Siapa yang paling cepat itu yang menang (Pantai Besji adalah pantai berpasir putih dan berair jernih paling indah dalam ingatan masa kecil mama. Entah bagaimana kabarnya sekarang..Entah kapan mama bisa mengunjunginya kembali..).

Panjang juga ya cerita mama soal permainan masa kecil ini. Mama ingin kalian terinspirasi dan kreatif menemukan banyak hal baru di sekitar kita yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan permainan.

Bermainlah, Kira & Ziya, sepuas-puasnya! Berteman dan bersahabatlah dengan alam dan sekitarnya. Mama ingin kalian memiliki kenangan indah dan manis seperti yang pernah mama rasakan dan nikmati. Jika hati puas dan cerah, niscaya akan lebih mudah bibir kalian menyunggingkan senyum. Senyum akan menyebarkan semangat hidup dan kebahagiaan bagi sekitar. Senyum akan membuat kita mudah merenung dan bertanya pada diri sendiri: adakah lagi alasan untuk selalu mengeluh dan tidak mensyukuri nikmatNya?

No comments:

Bunga-Bunga Cantik Sepanjang Liburan Masih ingat ya, dengan cerita mama tentang bunga-bunga cantik di sini Nah, ini beberapa pohon d...